Sabtu, 29 Oktober 2011

Taubatnya Nabi Adam Alaihissalam

Abdul Fadhl Mas’ud bin Ubaidillah bin An-Nadir menceritakan kepada kami, Abu Bakar Muhammad bin Al Husain diceritakan dari Abu Bakar Ali Al Khayyath, dari Abdullah bin Dusat, dari Al Husain bin Shafyan, dari Ibnu Abi Dunya, dari Ya’qub bin Ishaq bin Dinar, dari Muhammad bin Ma’adz Al Anbari, dari Ibnu As-Sammak, dari Umar bin Darr bahwa Mujahid berkata:

Ketika Adam AS memakan sesuatu (buah khuldi) dari pohon di dalam surga, hilanglah darinya semua kenikmatan surga. Tidak ada sesuatu apapun yang tersisa dari kenikmatan surga kecuali simbol kehormatan dan mahkota. Allah menjadikannya tidak tertutup oleh daun surga kecuali daun itu jatuh darinya. Maka Adam berpaling kepada Hawa seraya menangis dan berkata, “Bersiap-siaplah kamu untuk keluar dari sisi Allah. Ini adalah awal dari kesialan yang tergolong dalam maksiat.” Hawa berkata, “Wahai Adam. Aku tidak menyangka kalau ada seseorang yang berdusta dengan bersumpah atas nama Allah.” Yaitu, ketika Iblis telah bersumpah kepada keduanya tentang pohon tersebut. Adam kemudian lari dari surga karena malu berada di hadapan Tuhan semesta alam. Lalu sebuah pohon dan beberapa dahannya tergantung padanya, sehingga Adam menganggap bahwa siksanya telah dipercepat. Ia menundukkan kepala seraya berkata, “Aku memohon ampun, aku memohon ampun.” Allah Azza wa Jalla menjawab, “Wahai Adam, berlalulah dariKu.” Kemudian Adam berkata, “Bahkan aku merasa malu di hadapanMu, wahai Tuhanku.”

Kemudian Allah berfirman kepada kedua malaikatNya, “Keluarkanlah Adam dan Hawa dari sisiKu, karena keduanya telah berbuat dosa kepadaKu.” Kemudian Jibril AS mencopot mahkota dari kepalanya, dan Mikail AS mencabut simbol kehormatan darinya. Ketika Adam turun dari alam malakut yang suci ke dunia yang diliputi kelaparan dan dahaga, Adam menangis menyesali kesalahannya selama seratus tahun, dan ia membentur-benturkan kepala pada lututnya hingga bumi ini menumbuhkan rumput-rumput dan pohon-pohon karena air matanya.

Abul Fath Muhammad bin Abdul Baqi menceritakan kepada kami dari Abul Fadhl Ahmad bin Al Hasan bin Khairun, dari Abu Ubai, dari Syadzan, dari Abu Ali bin Isa bin Muhammad Ath-Thumari, dari Muhammad bin Ahmad Al Barra, dari Abdul Mun’im bin Idris, dari Ayahku, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata:

Adam AS mengalami murka dari Allah selama tujuh hari, kemudian Allah melepaskannya pada hari ketujuh. Ia merasa sedih dan menyesal. Allah berfirman kepada Adam, “Wahai Adam, kesungguhan apakah ini yang kamu perlihatkan di hari ini. Apakah ujian ini yang mendatangkan malapetaka dan bencana yang menimpamu.” Adam berkata, “Wahai Tuhanku, alangkah besarnya musibah yang menimpaku dan kesalahanku telah menguasaiku. Karena itu, aku keluar dari alam malakut Tuhanku hingga aku berada di dunia yang penuh kerusakan setelah kemuliaan itu, di dunia yang penuh kesengsaraan setelah kebahagiaan itu, di dunia yang penuh gejolak dan kebimbangan setelah kemapanan dan ketenangan itu, di dunia yang fana setelah keabadian dan kekekalan itu, dan di dunia yang penuh tipu muslihat setelah rasa aman itu. Wahai Tuhanku. Bagaimana aku tidak menangisi kesalahanku? Bagaimana nafsuku tidak membuat aku bersedih hati, dan bagaimana pula menghadapi ujian dan dosa ini?”

Allah Ta’ala berfirman kepadanya, “Bukankah Aku telah memilihmu untuk diriKu, dan Aku telah menghalalkan duniaKu untukmu. Bukankah Aku telah memilihmu dari makhluk-makhlukKu dan mengkhususkanmu dengan kemuliaanKu, dan Aku memberikan kecintaanKu kepadamu lalu kemurkaanKu memperingatkanmu? Bukankah Aku telah mendampingimu dan meniupkan sebagian ruhKu kepadamu, dan Aku menjadikan para malaikat sujud di hadapanmu? Bukankah kamu telah menjadi pendampingKu, surga duniaKu. Kamu tinggal di dalamnya sebagaimana yang kamu kehendaki karena kemuliaanKu. Kemudian kamu melanggar perintahKu, melupakan janjiKu dan tidak melaksanakan wasiatKu? Bagaimana kamu dapat menghindar dari bencanaKu? Demi kekuatanKu dan kemuliaanKu, seandainya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang sepertimu. 


‘Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.’ [Al Anbiyaa’(21): 20]

Kemudian mereka berbuat dosa kepadaKu, niscaya mereka akan tergelincir pada lembah-lembah kemaksiatan. Sesungguhnya Aku telah memaafkan kelemahanmu, menahan kesesatanmu dan menerima taubatmu. Aku mendengar rintihanmu dan mengampuni dosamu. Maka katakanlah, ‘Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau Ya Allah, dan dengan memujiMu. Sungguh aku telah mendzalimi diriku dan aku telah melakukan kejahatan, maka ampunilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”

Maka, Adam pun mengucapkan doa tersebut. Kemudian Tuhannya berkata lagi kepadanya, “Katakanlah, ‘Tiada Tuhan selain Allah, Maha Suci Engkau Ya Allah, dengan memujiMu. Sungguh aku telah mendzalimi diriku dan aku telah melakukan kejahatan, maka kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik yang memberi kasih sayang.’”

Tangisan dan kesedihan Adam semakin keras karena besarnya musibah yang menimpa dirinya, sehingga para malaikat pun bersedih karena kesedihannya dan menangis karena tangisannya. Adam menangis di atas surga selama dua ratus tahun, kemudian Allah mengirim sebuah tenda dari tenda-tenda surga dan meletakkannya di tempat Ka’bah sekarang sebelum Ka’bah dibangun.

1 komentar: